Biografi Al-Imam Al-Qutub Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik

Biografi Al-Imam Al-Qutub Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik

NASAB HABIB ABU BAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF

Beliau adalah seorang Al-Imam Al-Qutub tunggal dan merupakan qiblat para auliya’ di zamamnya. Sebagai perantara para tali temali para pembesar auliya’ yang telah disucikan jiwa dan raganya oleh Allah. Beliau bagaikan sebuah tiang yang berdiri kokoh dan aksana batu karang yang tegar diterpa kerasnya badai samudra. Seorang yang dalam dirinya terkumpul antara ainul haq dan haqqul yaqin. Beliau adalah Al-Imam Al-Qutubul Fard Al-Habib Abu Bakar Muhammad Assegaf.

Nasab beliau adalah Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar bin Imam Wadi Al-Ahqah Umar bin segaf bin Muhammad bin Umar bin Toha bin Umar bin Toha bin Umar Ash-Shofi bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ali bin Alwi Al-Ghuyyur bin Muhammad Al-FAqih Al-Muqoddam bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin Ali Kkala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-‘Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq bin Muhammad  Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW.

HABIB ABU BAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF PERGI KE HADRAMAUT

Beliau lahir di Besuki Jawa Timur pada tahun 1285 H, saat masih kecil bersama ayahnya beliau pindah ke kota Gresik, tak lama kemudian ayah beliau wafat di Gresik, mendengar ayah beliau wafat, maka nenek beliau di Hadramuat, yaitu Hababah Fatimah binti Abdulloh ‘Allan meminta supaya cucunya ini (Habib Abu Bakar) dikirimkan ke Hadramaut. Maka pada tahun 1293 H dengan mengikut kenalan keluarga yaitu Asy-Syeikh Muhammad Bazemul, Habib Abu Bakar berangkat ke Hadramaut, kala itu beliau masih berusia 8 tahun.

Sesampainya di kota Seiwun, Hadramaut, beliaut disambut oleh pamannya Al-Alamah Habib Abdillah bin Umar Assegaf, Pertama kali Habib Abu Bakar tinggal dirumah paman beliau Al-Arif BIllah HAbub Syeikh bin Umar bin Segaf Assegaf, seorang ulama yang disegani di Hadramaut. Habib Abu Bakar belajar ilmu fiqih dan tasawuf kepada pamamnya hingga beliau mulai beranjak dewasa.

Selain kepada pamannya beliau juga belajar kepada ulama’-ulama’ dizamannya yang berada dikota Seiwun, diantaranya adalah Al-Imam Al-Qutub Habib Muhammad Al-Habsyi (Shahib Maulid Habsyi), Habib Muhammad bin Ali Assega, Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi, Habib Ahmad bin HAsan Al-Attas, Habib Abdurrohman Al-Masyhur, Habib Syeikh bin Idrus Al-Aydrus dan masih banyak lagi para ulama dan auliya’ yang menjadi guru beliau.

Saat pertama kali melihat Habib Abu Bakar, Habib Muhammad Al-Habsyi telah melihat tanda-tanda kebesaran dalam diri Habib Abu Bakar dan yakin kelak beliau akan menjadi seorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi padahal beliau waktu itu dalam usia kanak-kanak. Jauh sebelum kedatangan Habib Abu Bakar ke Hadramaut ketika itu beliau masih berada di pulau jawa, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi berkata kepada salah satu muridnya : “Lihatlah mereka itu, mereka tiga orang besar, nama mereka sama, keadaan mereka sama dan kedudukan mereka sama. Yang pertama sudah berada dialam barzakh yaitu Al0Qutub Habib Abu Bakar bin Abdulloh Al-Aydrus, yang kedua engkau sudah pernah melihatnya pada saat engkau masih kecil yaitu Al-Qutub Habib Abu Bakar bin Abdulloh Al-Attas dan yang ketiga engkau akan melihatnya diakhir umurmu”

Ketika murid tersebut menginjak usia senja, murid tersebut bermimpi melihat Nabi Muhmmad SAW dalam lima tahun berturut-turut, dalam mimpinya itu Nabi Muhammad menuntun seorang anak kecil sambil berkata kepada : “Terdapat kebenaran bagi yang melihatku disetiap mimpinya, telah aku hadapkan kepadamu cucuku yang sholeh yaitu Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf”. Murid tersebut belum pernah melihat Habib Abu Bakar kecuali dalam mimpinya, setelah itu ia teringat dengan perkataan gurunya. Tidak lama setelah kejadian mimpinya itu, murid tersebut meninggal dunia, tepat sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, bahwa ia akan melihat Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf diakhir umurnya.

Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf menikah dengan perempuan pilihan gurunya dan Habib Muhammad Ali Al-Habsyi sendiri yang meminangkannya dan menanggung seluruh biaya pernikahannya, setelah semuanya dirasa cukup dan atas izin para gurunya beliaupun meninggalkan Hadramaut dan kembali ke Indonesia pada tahun 1302 H.

HABIB ABUBAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF KEMBALI KE INDONESIA

Dengan ditemani Al-Imam Habib Alwi bin Segaf Assegaf (yang kini makamnyaterletak di Kebon Agung Pasuruan) berangkatlah beliau menuju Indonesia dan tujuan pertamanya adalah Besuki, kota dimana beliau lahir, setelah menetap selama 3 tahun pada tahun 1305 H beliau pindah ke kota Gresik kala itu beliau sudah berusia 20 tahun.

Habib Abu Bakar belajar dan memperoleh ijazah dari para ulama’ dan auliya’ yang berada di Indonesia diantaranya ; Habib Abdulloh bin Ali Al-Haddad (Sangeng Bangil), Habib Ahmad bin Abduloh Al-Attas (Pekalongan), Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya (Surabaya), Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya), Habib Muhammad bin Ahmad Al-MUhdhor (Bondowoso) dan masih banyak lagi para ulama’ yang menjadi guru-guru beliau.

Pada suatu hari, tepatnya hari Jum’at, terjadi peristiwa yang sungguh diluar jangkauan akal manusia. Disaat beliau tengah khusu’ mendengarkan seorang khotib yang menyampaikan khutbahnya diatas mimbar. Datanglah ilham rabbaniyyah dengan lintasan hati dan sebuah izin rabbani kepada diri beliau untuk beruzlah dan mengasingkan dari keramaian duniawi serta golongannya, sejak saat itu beliau tidak lagi menemui seseorang dan tidak mengizinkan orang lain untuk menemuinya, hal tersebut beliau lakukan dengan penuh kesabaran dan ketabahan.

Selama 15 tahun beliapun mendapat izin untuk keluar dari uzlahnya melalui siyarat dari guru beliau Al-Imam Habib Muhammad bin Idrus Al-HAbsyi (Surabaya), pada saat menjelang khalwatnya, beliau disambut dengan deriaan air mata, seraya Al-Imam Habib Muhmmad bib Al-Habsyi memeluknya dan mengatakan : “Aku memohon dan bertawajjuh kepad Allah selama 3 malam berturut-turut untuk mengeluarkan Abu Bakar bin Muhammad Assegaf dari uzlahnya”

Setelah keluar dari uzlahnya dengan ditemani oleh Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi beliau berziaroh kemakam Al-Imam Habib Alwi bin Muhmmad Hasyim Assegaf, seorang auliya’ yang tersohor karena akhlak dan budi pekertinya hingga menjadi perhiasan dan mahkota bagi segala kemulyaan di zamannya, seusai berziarah bersama Al-Imam Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi beliau berangkat ke Surabaya menuju ke kediaman Habib Abdulloh bin Umar Assegaf.

Dalam hidupnya beliau telah mengkhatamkan kitab Ihya’ ‘Ulumuddin sebanyak 40 kali, setiap khatam beliau memberikan hidangan kepada para hadirin yang hadir dalam majelisnya. Telah cukup sebagai bukti keluhuran maqomnya yang telah mencapai kedudukan berjumpa Rasulullah dalam keadaan terjaga, beliau mengatakan : “Rasulullah telah datang kepadaku da aku dalam keadaan terjaga, beliau memelukku dan akupun memeluknya”. Beliau sering mengatakan : ”Aku adalah ahluddarak, barang siapa yang berada dalam kesulitan dan ia memanggil namaku, maka dengan izin Allah dan segala kebesaran-Nya, aku akan segera hadir disisi orang yang sedang dalam kesulitan tersebut”

WAFATNYA HABIB ABU BAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF

Disaat  ajal kian dekat menghapirinya, disertai kerinduan berjumpa dengan penciptanya, Allah pun rindu bertemu dengannya, maka beliau pasrahkan ruhnya yang suci kepada Tuhannya dalam keadaan ridho dan diridhoi. Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf wafat pada malam Senin 17 Dzulhijjah 1376 H dalam usia 91 tahun.

Disaat menjelang akhir hayatnya, Habib Abu Bakar selalu mengatakan : “Aku bahagia untuk berjumpa dengan Allah”, beliau melakukan puasa selama 15 hari berturut-turut dan sesuai wasiatnya, jasad beliau di makamkan disamping Masjid Agung Jami’ Kota Gresik Jawa Timur, bersanding dengan makam Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf.

Hingga kini majelis rakha beliau tetap berjalan seperti sedia kala dikediaman beliau di Kota Gresik. Makam beliaupun tak pernah sepi dari para peziaroh yang datang, mereka bukan hanya datang dari luar kota, namun banyak juga yang dari luar negeri berdatangan guna mengharap berkah dari sang qutub. Untuk mengenang ajaran dan jasa-jasa kebaikan Habib Abu Bakar, maka setiap tahunnya diadakan haul yang dilaksanakan setiap tanggal 17 Dzulhijjah diarea makam beliau.
Semoga kita dan anak cucu kita mendapat keberkahan dari beliau, amiin.

1 comment:

Powered by Blogger.