Junaid Al-Baghdadi Sang Pegulat Yang Menjadi Wali

Siapa sangka Junaid Al-Baghdadi seorang wali yang masyhur di jamannya ternyata dulu adalah pegulat, lantas bagaimana kisahnya hingga ia diangkat menjadi wali.

Junaid Al-Baghdadi dulu adalah seorang pegulat yang tangguh, dalam pertarungannya ia belum pernah kalah, bahkan ia selalu dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya, hingga berlangsung lama tidak ada lagi yang berani menantangnya.

Suatu ketika Raja yang berkuasa disaat itu terpukau dengan kekuatan Junaid Al-Baghdadi dan rindu ingin melihatnya bertarung kembali karena sudah lama tidak ada yang berani melawannya, ia mengadakan pertarungan terbuka untuk Junaid Al-Baghdadi.

Raja tersebut mengadakan sayembara, barang siapa yang berani menantang dan melawan Junaid Al-Baghdadi akan diberikan hadiah. Hadiah yang besar dan mewah membuat orang-orang tertarik dengan sayembara tersebut, namun harus berpikir dua kali karena lawannya adalah Junaid Al-baghdadi.

Baca Juga : Kisah Sahabat Nabi, Suhail Bin Amr

Hingga masa injury time pendaftaran sayembara, pendaftar masih nihil, hingga sang Raja pun bingung. namun tak disangka ada seseorang yang umurnya cukup tua mendaftar dan bersedia bertarung melawan Junaid Al-Baghdadi demi untuk mendapakan hadih tersebut.

Tersebarlah berita perihal penantang Juniad Al-Baghdadi, Sang Raja pun melalui ajudannya mengumumkan jadwal pertarungan Junaid Al-Baghdadi . Pertarungan yang ditunggu-tunggu pun akan terwujud.

Warga berbondong-bondong datang menyaksikan dan penasaran dengan lawan Junaid Al-Baghdadi, ketika pertandingan akan dimulai, warga masyarakat terkejut dan heran dengan penantang Junaid Al-Baghdadi. Masyarakat pesimif pertandingan akan sengit dan berjalan imbang, betapa tidak penantang Junaid Al-Baghdadi ternyata seorang tua renta berumur 65 tahun.

Sebelum pertandingan dimulai Raja menwarakan kembali kepada penantang tersebut, apakah meneruskan pertandingan atau membatalkannya mengingat pertandingan sepertinya tidak akan berjalan imbang.

Tiba Saatnya.. ketika pertandingan akan dimulai, si penantang memanggil Junaid dan kemudian berbisik, “Aku tahu tidak mungkin bagiku untuk memenangkan pertarungan ini, tapi aku seorang Sayyid, dzurriyah Nabi Muhammad SAW. Anak-anakku kelaparan di rumah. Apakah kamu siap berkorban namamu, kehormatan dan posisimu, untuk cinta Nabi Allah dan rela kalah dalam pertarungan ini untukku?

Jika kamu melakukan ini, aku akan dapat mengumpulkan uang hadiah dan dengan demikian memiliki sarana untuk memberi makan anak-anakku dan diriku sendiri selama satu tahun penuh. Aku akan dapat melunasi semua hutangku dan yang terpenting, penguasa kedua dunia akan senang denganmu.

Baca Juga : Kisah Sahabat Nabi - Huwaithib Bin Abdul Uzza

Junaid pun prihatin dengan keadaan dzurriyah Rasul tersebut, selama pertandingan ia melakukan manuver melakukan aksi terbaiknya namun ia tetap mengalah dengan pura-pura tersungkur terjatuh terkena pukulan lawannya. Pertandingan pun dimenangi oleh orang tua dzurriyah Rasul tersebut.

Malam itu, setelah mengalah untuk pria tua tadi, Junaid Baghdadi bermimpi tentang Nabi Muhammad SAW yang berkata, “Oh Junaid, kamu telah mengorbankan kehormatanmu, ketenaranmu yang diakui secara nasional, nama dan posisimu yang digembar-gemborkan di seluruh Baghdad dalam ekspresi cintamu untuk keturunanku yang kelaparan. Sampai hari ini, namamu tercatat dalam daftar Auliya.”

Setelah kejadian itu, Junaid sang pegulat hebat mulai belajar mengalahkan nafsu (keinginan) hingga dia akhirnya menjadi salah satu Wali yang paling terkemuka pada masanya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.